Senin, 18 Oktober 2010

Fasilitas

Fasilitas-fasilitas :
1. Listrik
2. Kamar mandi
3. Areal parkir
4. Areal outbond













5. Jalur extreme (untuk motorcross)




6. Warung

Rabu, 13 Oktober 2010

Sejarah









 
Kraton Gunung Kawi terletak di dusun Gendogo desa Balesari kecamatan Ngajum kabupaten Malang. Lokasinya terletak persis di kaki gunung kawi dan jauh dari keramaian. Kraton gunung kawi dibangun oleh Mpu Sindok yang merupakan seorang ratu dari India, yang bernama asli Kusuma Wardhani.
Beliau hijrah sekitar tahun 861 atau pada waktu pembangunan candi Borobudur selesai kemudian beliau pindah ke daerah Kawi. Awal mulanya mengapa Mpu Sindok pindah ke Gunung Kawi dikarenakan terjadinya perselisihan di antara dinasti Syailendra. 3 alasan Mpu Sindok hijrah ke Gunung Kawi adalah
1.       Menghindari gempuran musuh dari luar yang tidak bisa ditangani oleh Negara.
2.       Menghindari perang saudara yang menggerogoti Negara pada saat itu.
3.       Mencari penghidupan yang lebih baik, setelahrakyat sengsara karena meletusnya gunung merapi.
Asal muasal terjadinya perselisihan di keluarga Syailendra adalah adanya perebutan kekuasaan di dalam keluarga. Akhirnya beliau mengalah dan kemudian mendapatkan ilaham untuk pindah ke Gunung Kawi. Dengan keberadaan beliau di gunung kawi inilah yang membuat raja-raja jawa (pada jaman mataram lama) mendatangi tempat ini untuk meminta ilham ataupun untuk meminta nasihat.
Keturunan Mpu Sindok yang terkenal adalah Dharma Wangsa yang menurunkan keturunan baru yaitu Airlangga.
Prabu Kamesywara I (dari Kediri) adalah generasi kedua setelah Mpu Sindok. Beliau melakukan Lengser Keprabon Madek Pandhita (Turun tahta dan menjadi pertapa). Beliau termasuk murid dari Mpu Sindok yang memiliki kepandaian dan kasta yang tinggi. Tidak hanya Prabu Kamesywara I saja yang bertapa disana, tapi juga nama-nama hebat di ranah jawa juga pernah bertapa di tempat ini. Sebut saja Ken Arok, Gajah Mada juga ikut bertapa di tempat ini pada saat prabu Kamesywara I sudah dalam keadaan Moksa.
Pada jaman perjuangan, tempat ini juga sering dipergunakan sebagai tempat untuk menyucikan diri dan menenangkan hati. Seperti Bung Karno, Supriyadi. Seiring berkembangnya jaman, masyarakat sering mendatangi tempat ini untuk memanjatkan doa kepada tuhan. Apalagi apabila kita benar-benar khusyuk dalam memanjatkan doa, maka doa kita bisa terkabul.
Setelah kemerdekaan, kraton gunung kawi berkembang pesat dan kebanyakan golomgam yang datang kemari adalah golongan etnis cina. Namun, pada tahun 1965 kraton gunung kawi ditutup total dan bangunannya dirusak total karena lokasi ini disinyalir telah menjadi persembunyian para anggota PKI. Selama 10 tahun lebih lokasi ini ditutup hingga pada 1974 lokasi ini dibuka oleh resmi oleh pemerintah secara babad alas. Sampai tahun 1978 bangunan di kraton gunung kawi ini sangat sederhana. Barulah pada 1978-1980 lokasi ini mulai dipugar. Bahkan pada 1993 kraton mulai melakukan pembangunan total mulai dari segi bangunan hingga jalan raya. Namun pada tahun 2002 terjadi kebakaran pada salah satu bagian kraton gunung kawi sehingga bangunan tersebut rata dengan tanah.

Sanggar Pamujaan Kraton Gunung Kawi.




Sanggar Pamujaan Kraton Gunung Kawi.
Pada jaman mpu Sindok dan Prabu Kamesywara , tempat ini merupakan tempat meditasi atau berkomunikasi dengan tuhan. Didalamnya terdapat lubang untuk melakukan tapa pendem atau bertapa dalam tanah.

Vihara Kwan Iem Pow Sat





Vihara Kwan Iem Pow Sat
Vihara ini baru saja diresmikan pada juli 2010 dan mengalami renovasi total mulai akhir 2009. Areal bangunan ini dahulunya merupakan 2 bangunan terpisah yaitu kuil dewa Kwan Kong dan Kuil dewi kwan Iem. Namun pada 2002 terjadi kebakaran yang menghancurkan areal ini dan kemudian dibiarkan begitu saja sampai akhir 2009.

Makam Eyang Djayadi dan Eyang Menik



 

Makam Eyang Djayadi dan Eyang Menik
Beliau merupakan pengurus dari pertamanan dan perkebunan pada jaman prabu Kamesywara I (1115 M). Bangunan ini telah selesai dipugar pada januari 2010.

Pura Agung Gunung Kawi (Pagah)




Pura Agung Gunung Kawi (Pagah)


Pura ini dahulunya digunakan untuk pertemuan para raja-raja dari jaman mpu sindok. Bila seseorang telah mencapai kesempurnaan batin, maka orang tersebut bisa melihat bangunan pura emas. Pura ini dahulunya mempunyai 4 pilar namun saat ini hanya memiliki 3 pilar. Umur pura/pohon tersebut merupakan akar pohon yang menjulang keatas, bukan merupakan batang pohon. Saat ini tempat ini sering menjadi jujugan para pemeluk agama hindu untuk berdoa atau melakukan meditasi.

Pamukasan Prabu Kamesywara





Pamukasan Prabu Kamesywara

Tempat ini merupakan lokasi dimana prabu Kamesywara telah moksa. Menurut kepercayaan jawa moksa dalam hal ini berarti jasad dan arwah telah menjadi menjadi satu untuk kembali ke sang pencipta karena orang yang bersangkutan telah mencapai kesempurnaan daam batin maupun raga. Bangunan ini dahulunya jauh lebih megah dibanding saat ini namun seiring perusakan yang terjadi pada tahun 1965-an kemegahan lokasi ini terkikis pelan-pelan.

Makam Eyang Hamid, Djoyo dan Broto




Makam Eyang Hamid, Djoyo dan Broto
Eyang Hamid, Eyang Djoyo dan Eyang Broto merupakan abdi dalem dan pengawal pribadi dari prabu Kamesywara I. Bangunan makam ini mengalami renovasi total pada maret 2010 dan sudah hamper selesai.

Makam Eyang Sindurejo


Makam Eyang Sindurejo
Eyang Sindurejo merupakan ksatria manggung yang bertugas menjaga pintu masuk dan mengawasi keadaan diluar karton gunung kawi bersamaan dengan datangnya prabu Kamesywara I. Makam beliau terletak di bagian paling bawah sendiri dari lingkungan kraton gunung kawi yang terpisah dari bangunan-bangunan lain di pelataran utama kraton gunung kawi.

Makam Eyang Sindurejo

Makam Eyang Sindurejo